Tuesday, January 27, 2015
Derai - Derai Cemara
Derai-Derai Cemara
Karya : Chairil Anwar
cemara menderai sampai jauh
terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan di tingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam
aku sekarang orangnya bisa tahan
sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada suatu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini
hidup hanya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1949
Makna dari puisi Derai - Derai Cemara diatas adalah :
Bait pertama :
Yang artinya adalah kesadaran akan perjalanan hidup yang selalu akan berakhir dan tak dapat dipungkiri bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Yang artinya adalah kesadaran akan perjalanan hidup yang selalu akan berakhir dan tak dapat dipungkiri bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.
Bait kedua :
Yang artinya dengan skemata yang ada pada otak kita akan terbayang seorang anak-anak dengan sifatnya yang polos, lugu, dan lucu. Tapi, secara keseluruhan bait 2, bukanlah anak-anak yang ada dibenak kita. “Bukan kanak” ditunjang dengan kata-kata pendukungnya, menunjukkan sikap kedewasaan “Aku” lirik
Bait ketiga :
Pada bait ini terasa kental sekali “aroma kematian” dan kepasrahan dari si Aku lirik. Isi dalam puisi ini, sangat patut kita renungkan sebagai nasihat dan pepatah hidup kita. Seperti, kata-kata hidup hanya menunda kekalahan telah menjadi semacam pepatah dan terasa tidak asing di telinga kita. Kiasan kekalahan sangat menarik untuk diperhitakan; padahal yang kita kenal selama ini adalah hidup hanya menunda kemenangan. Kekalahan adalah simbol dari kepasrahan dan sangat kental dengan aroma kematian
UNSUR-UNSUR INTRINSIK PUISI “DERAI-DERAI CEMARA”
1. Tema: perubahan dalam diri manusia yang terpisah dari
kehidupan masa lalu
2. Rasa: sedih
3. Nada: iba atau merengek
4. Amanat: kehidupan hanyalah perjalanan yang keras untuk
ditempuh dan setiap manusia akan mati dengan tenang kalau apa yang diharapkannya
tercapai.
5. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini sangat
sederhana dan dingin, sehingga pembaca seolah-olah mengalami pesakitan yang
dialami oleh pengarang.
6. Imajinasi: imajinasi yang digunakan oleh pengarang
sangat tinggi walaupun menggunakan kata-kata yang sederhana tetapi sangat
menyentuh hati pembaca
7. Kata-kata konkret: kata-kata yang jika dilihat secara
denotative sama, tetapi secara konotatif tidak sama, bergantung pada situasi
dan kondisi pemakainya.
8. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam
sajak ini sangat sederhana, dan dengan kesederhanaan itu pengarang mencapai
kepada klimaks yang ingin disampaikan
9. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak
juga rendah
10. Rima: unsure
bunyi dalam sajak ini sangat dingin sehingga menimbulkan kemerduan puisi, dan
dapat memberikan efek terhadap makna, nada dan suasana puisi tersebut
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment